Thursday, February 23, 2012

Buka Mata Buka Telinga


Oleh Ustad Yusuf Mansur
PEMBACA yang budiman, ayat-ayat Allah selain yang tertulis di dalam al Qur’an, juga bisa didapat dari ayat-ayat-Nya yang tidak tertulis. Fenomena alam, pengalaman kerohanian individu, kejadian-kejadian di seputar kehidupan, adalah salah satu wujud dari ayat-ayat Allah yang tidak tertulis.
Artinya, kalau ini disepakati, maka kita akan senantiasa iqra’ (buka mata buka telinga) terhadap kejadian apa pun; baik yang bersumber dari diri pribadi maupun yang bersumber dari orang lain. Pada gilirannya, ayat-ayat yang tidak tertulis itu bisa kita terjemahkan menjadi bentuk peringatan Allah atau gambaran Allah tentang sesuatu.“Sesungguhnya pada langit dan bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.” (al Jâtsiyah: 3).

Tulisan ini bermula dari ‘pengamatan iseng’ terhadap fenomena iklan di media elektronik yang muncul beberapa waktu yang lalu. Andai mau sedikit membuka mata, melalui media iklan yang ditayangkan di televisi, kita mungkin akan tersenyum getir, melihat betapa Allah memberikan gambaran yang begitu jelas terhadap kondisi sosial kita saat ini. Seolah Allah menyindir kita melalui bentuk-bentuk iklan, bahwa begitulah kita saat ini.
Misalnya, iklan merk satu produk. Iklan tersebut dengan begitu mudahnya memojokkan produksi pesaingnya. Saya bukanlah ahli periklanan. Tapi kacamata saya melihat ada ‘sindiran’ yang begitu halus dari Allah untuk kita semua. Kondisi masyarakat kita dengan begitu jelas ‘dipertontonkan’ oleh Yang Maha Kuasa melalui iklan-iklan itu. Karena secara tidak langsung iklan itu telah menggambarkan dengan sangat tepat inkonsistensi semua lapisan masyarakat.
Betapa masyarakat kita dengan begitu mudahnya melakukan proses pemojokan terhadap satu bagian masyarakat yang lain, dan menuai pemanfaatan atas mereka. Masyarakat kita juga tidak mau lagi berpikir untuk membangun sesuatu dengan sebuah rencana dan perjuangan yang teratur. Maunya serba instan, serba cepat dan ingin sekejap berada di barisan terdepan.
Sekali lagi saya bukanlah ahli periklanan. Saya hanya mencoba menggali ayat-ayat Allah melalui media periklanan. Dan ternyata kita akan menemukannya!
Beberapa waktu yang lalu saya juga disentakkan dengan iklan sebuah merk permen. Dalam iklan itu diilustrasikan ada gambar kartun yang dengan mulut sangat lebarnya melaju dengan cepat, bergoyang-goyang, mencomot berbagai permen untuk kemudian dimasukkan ke mulutnya.
Walhasil,  mulutnya bertambah lebar dan di dalamnya banyak terdapat permen dengan berbagai rasa.
Melihat iklan tersebut, Lha koq saya melihat ada kebenaran di dalamnya. Bahwa saat itu saya berpikir bahwa negeri ini banyak sekali orang yang banyak omong, besar mulut. Atau penggambaran tentang adanya perilaku buruk  sebagian orang yang senang sekali memakan hak orang secara sembarangan. Belum lagi kalau saya mengupas petikan hikmah dari sebuah iklan sabun, iklan obat dan sebagainya. Bergidik bulu roma.
SIAPA TAKUT
Beberapa waktu yang lalu kita diramaikan dengan jargon salah satu iklan; “siapa takut”. Saya rasa,  rumah produksi yang memproduksi iklan itu tidak sengaja – bahkan mungkin tidak tahu – bahwa visualisasinya bisa dengan sangat pas menggambarkan kehidupan masyarakat saat ini. Bagi saya iklan itu benar-benar mengena, menyindir dengan telak.
Benarlah adanya. Kita tidak takut lagi pada penguasa kita, Allah Rabbul ‘âlamîn. Kita dengan mudahnya dan dengan sangat gampangnya meninggalkan shalat, kita terus menerus mempertontonkan  perilaku hedonis, materialis, arogan dan destruktif. Kita terbiasa mempertontonkan kebohongan-kebohongan – bahkan – dengan keterusterangan.
Kita juga tidak takut lagi memakan hak orang lain. Kita berbisnis dengan sangat liar. Tipu daya, mark-up, kolusi dan korupsi. Seakan kita tidak pernah mati, seakan kita akan hidup selamanya.
“Dan tidaklah sekali-kali mereka menginginkan kematian itu selama-lamanya karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang aniaya. Dan sungguh engkau akan mendapati mereka begitu serakah kepada kehidupan manusia, bahkan melebihi keserakahannya orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi usia seribu tahun. Sedangkan umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari azab bahwa dia diberi umur. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (al Baqarah: 95-96).
“Siapa  takut” yang menjadi slogan iklan, tiba-tiba terasa menjadi sebuah sindiran  tajam dari Allah, betapa manusia sekarang bukan saja kehilangan rasa hormat dan rasa terima kasih, tetapi juga sudah kehilangan rasa takut terhadap Allah. Allah dianggap tidak ada, sehingga merasa tidak ada yang mengawasi.
Tuhan ‘akhirnya’ mempersilahkan kita mempertunjukkan ‘keberanian’ kita. Hanya Dia mengingatkan bahwa akibat ‘keberanian’ kita melawan aturan main yang Dia tetapkan adalah pasti keburukan. Kita bisa selamat, andai kita mengetahui sesungguhnya ada Allah Yang Maha Melihat segala perbuatan. “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (al Fajr: 14).
Ada berjuta cara Allah memberi peringatan, termasuk melalui media iklan, jika kita ‘membacanya’ sebagai sebuah peringatan Allah.
“… Hanya sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu [baca: tahu akan kebesaran dan keagungan-Nya]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Fâthir: 28).