“Sebagaimana Allah tidak menyukai amal yang tidak sepenuhnya bagi-Nya, Allah juga tidak menyukai hati yang tidak sepenuhnya bagi-Nya. Amal yang tak sepenuhnya bagi Allah, maka Dia tidak akan menerima, dan hati yang tidak sepenuhnya bagi-Nya tidak akan Dia pedulikan.”
Sahabatku, semua jalan makrifat wajib didasarkan di atas bangunan tauhid; baik dalam perwujudan, sifat maupun zat. Mereka yang tidak memilih jalan ini akan selamanya terombang-ambing, bingung dan diselimuti kegalauan. Pikiran manusia pasti buntu, tak akan mampu menguak tabir sepenuhnya. Tak cukup hanya dengan membaca bertumpuk-tumpuk buku. Tak cukup hanya dengan diskusi, dari wacana ke wacana ilmu. Kita membutuhkan amalan nyata, tak hanya deret panjang teori.
Sandaran kita harus pada keesaan-Nya, jika tidak, kita akan terjerembab. Rujukan kita hanya kepada-Nya, jika tidak kita hanya menuju bayangan maya. Semua niat atau amal yang tidak bertujuan untuk menuju kepada-Nya pasti tak akan selamat. Segala sesuatu selain Dia hanya membuat kita salah alamat. Apalagi menduakan-Nya dalam darah daging pengharapan.
Hanya dengan iming-iming Alphad, kita sudah melupakan Sang Maha Pemberi, lalu mencari jalan pintas. Hanya gara-gara kedudukan sesaat, tapi kedudukan mulia di sisi-Nya tak dihiraukan. Kita sering mendua, sadar atau tak sadar. Kita hanya mampu mengatakan “Separuh aku...” tapi tak mampu mengatakan “Sepenuh aku...”
Mari menyadari bahwa hati tak akan mampu menampung keinginan duniawi dan cinta kepada Allah sekaligus, dalam waktu yang sama. Ingatlah bahwa cahaya Allah hanya akan memancar ketika Dia-lah satu-satunya yang ada dalam benak dan hati kita. Selain Allah, tak sebanding, tak setara, maka tak perlu berunding. Maka, jadilah sepunuhnya untuk-Nya, hanya kepada-Nya menyembah, hanya kepada-Nya meminta dan hanya kepada-Nya berharap. Maka, mari teguhkan niat untuk meneguhkan tauhid, hanya Allah satu-satu Dzat, Maha Tunggal, Maha Esa.
Semoga bermanfaat!