Suatu hari, seorang teman datang kepada saya. Sambil bergurau dia
bertanya, “Bagaimana caranya mengawasi suaminya agar tidak selingkuh?”
''Apa perlu memasang kamera pengawas cctv agar selalu terlihat, atau
memasang sistem GPS agar terdeteksi keberadaannya, atau bahkan ikut saja
kemanapun dia pergi agar selalu terawasi?''
Hal seperti ini sama
dengan masalah pengusaha dengan pekerjanya yang selalu curiga dan
merasa waswas akan adanya kecurangan. Dalam sebuah hubungan, seperti
suami-istri, pengusaha dengan pekerjanya, atau anak dengan orangtua
memang sering muncul rasa khawatir yang berlebihan. Semua itu terjadi
karena dasar yang melandasi komitmen kurang kuat. Apalagi jika salah
satu pernah berbohong, maka akan muncul rasa ketidakpercayaan.
Jika
kita mencoba menjawab pertanyaan tadi, bagaimana caranya mengawasi
akanlah sulit. Karena itu kita sering kali meminta “kesadaran” kepada
masing-masing atau setiap orang yang terlibat. Namun kesadaran seperti
apa yang dapat diharapkan?
Jika seorang pencuri yang sedang
berniat mencuri namun dia merasa ada yang mengawasinya, maka dia akan
menunggu sampai tidak ada lagi yang melihat atau mengawasinya dan
seketika itupun pencuri itu akan langsung beraksi. Namun jika ada satu
sistem kontrol atau alat pengawas yang selalu berada di sisinya selama
24 jam, bagaimana dia bisa mencuri? Kamera pengawas cctv jika kabelnya
putus atau listriknya mati tidaklah akan berfungsi, begitu juga dengan
mandor yang selalu mengawasi jika dia letih maka akan tertidur.
Maka,
sistem kontrol atau alat pengawas yang paling efektif adalah zikir.
Hakikat zikir bukan hanya zikir lisan, namun lebih pada zikir qalbu,
dzikir yang disertai muraqobah dan tafakur. Muraqobah adalah mengingat
Allah di dalam hati, karena itu makna zikrullah adalah menghadirkan
Allah ke dalam benak. Dan dengan selalu mengingat Allah dalam segala
langkah, menghadirkan-NYA selalu dalam benak. Itulah suatu upaya untuk
mencegah perbuatan dosa dan maksiat.
Perilaku qolbiah akan hadir
manakala kita selalu mengingat Allah (zikrullah). “Hai orang-orang yang
beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya” (QS. Al Ahzab, 33 : 41)
Dengan benteng zikir
tidaklah perlu merasa waswas seorang istri terhadap potensi suaminya
berselingkuh atau sebaliknya, dan tidaklah khawatir seorang pedagang
terhadap kecurangan anak buahnya, dan hal-hal semacamnya. Dengan benteng
zikir seorang koruptor akan berhenti korupsi dan seorang pembohong akan
berhenti berbohong.
Oleh karena itu dalam surah Al-A’la ayat
14-15 Allah SWT berfirman, “Sungguh telah beruntung orang yang
mensucikan dirinya dengan mengingat nama Rabb/Tuhannya, lalu ia
shalat/berdoa”.
Dengan selalu berdikir dan shalat artinya kita
berusaha mensucikan diri serta menjauhkan diri dari hal-hal yang buruk.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar Ra’du, 13 : 28).
Dan bila saya, Anda, kita, dia dan mereka melakukannya, Insya Allah kita akan melihat hari esok yang lebih baik lagi.
Aamiin
Ya Rabbal Al Amin. Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang
mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang
mengamalkannya.
Sumber